
Validasi Kehidupan: Lebih dari Sekadar Pengakuan
Dalam kehidupan sehari-hari, istilah validasi sering kali terdengar, terutama dalam konteks hubungan sosial, psikologi, bahkan di dunia kerja. Namun, apa sebenarnya arti dari validasi?
Secara sederhana, validasi adalah proses mengakui dan menghargai perasaan, pemikiran, atau tindakan seseorang sebagai sesuatu yang sah dan wajar. Dalam konteks lain, seperti dunia data atau penelitian, validasi berarti memastikan bahwa sesuatu telah diuji dan dinyatakan benar atau sesuai dengan standar yang berlaku.
Dengan kata lain, validasi bukan hanya tentang “membenarkan”, tetapi juga tentang memahami dan memberikan ruang bagi keberadaan orang lain atau suatu hal. Konsep ini penting, baik dalam hubungan antarindividu maupun dalam sistem profesional seperti bisnis, teknologi, dan pendidikan.
Mengapa Validasi Itu Penting?
Validasi memiliki peran besar dalam menjaga keseimbangan emosional dan sosial seseorang. Banyak penelitian menunjukkan bahwa manusia memiliki kebutuhan dasar untuk merasa dilihat, didengar, dan diakui.
Tanpa validasi, seseorang bisa merasa terabaikan, diremehkan, bahkan kehilangan rasa percaya diri.
1. Validasi dalam Hubungan Sosial
Dalam hubungan, baik itu keluarga, pertemanan, atau pasangan, validasi menjadi dasar komunikasi yang sehat.
Misalnya, ketika temanmu sedang marah atau sedih, kamu tidak langsung menilai atau mengkritik, tetapi mencoba memahami perasaannya dulu.
Kalimat sederhana seperti, “Aku bisa ngerti kenapa kamu ngerasa begitu,” sudah termasuk bentuk validasi yang kuat.
Validasi semacam ini membangun rasa aman, memperkuat hubungan emosional, dan menunjukkan empati yang tulus.
2. Validasi dalam Dunia Kerja dan Profesional
Dalam dunia kerja, validasi digunakan untuk menguji dan memastikan keakuratan data, sistem, atau proses.
Contohnya, dalam bidang teknologi informasi, validasi dilakukan untuk memastikan bahwa software atau data berjalan sesuai standar yang ditetapkan.
Di bidang bisnis, validasi juga bisa berarti menguji ide atau strategi sebelum diterapkan secara luas, agar hasilnya lebih efisien dan akurat.
Jadi, validasi tidak hanya berkaitan dengan emosi, tetapi juga dengan akurasi dan keandalan informasi.
Jenis-Jenis Validasi
Kata “validasi” ternyata mencakup banyak makna tergantung pada konteksnya. Berikut beberapa jenis validasi yang paling umum digunakan:
1. Validasi Emosional
Ini adalah bentuk validasi yang paling sering dibicarakan dalam konteks psikologi.
Validasi emosional berarti mengakui dan menghargai perasaan seseorang tanpa menghakimi.
Misalnya, ketika seseorang bercerita bahwa ia takut gagal, kamu tidak mengatakan “Ah, itu cuma perasaanmu aja,” tapi menjawab, “Wajar kok kalau kamu takut, itu tanda kamu peduli sama hasilnya.”
Validasi emosional membantu orang merasa diterima dan dimengerti, sehingga meningkatkan kepercayaan diri dan kestabilan mental.
2. Validasi Data
Dalam bidang teknologi dan riset, validasi data adalah proses untuk memastikan bahwa data yang digunakan sudah benar, lengkap, dan sesuai standar.
Tanpa validasi, hasil penelitian atau sistem bisa keliru dan menyebabkan keputusan yang salah.
3. Validasi Sistem atau Proses
Dalam dunia industri atau bisnis, validasi dilakukan untuk memastikan bahwa proses yang dijalankan menghasilkan produk atau layanan sesuai kualitas yang diharapkan.
Misalnya, di pabrik farmasi, setiap alat dan prosedur harus divalidasi agar obat yang diproduksi aman dan efektif.
4. Validasi Diri (Self-Validation)
Selain menerima validasi dari orang lain, seseorang juga perlu memvalidasi dirinya sendiri.
Artinya, kamu belajar menerima perasaan, pikiran, dan keputusanmu tanpa terus-menerus mencari pengakuan dari luar.
Self-validation membantu kamu menjadi lebih tenang, percaya diri, dan tidak mudah terpengaruh oleh penilaian orang lain.
Dampak Positif dari Validasi
Ketika validasi diterapkan secara tepat, hasilnya bisa sangat besar — baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
1. Meningkatkan Kepercayaan Diri
Seseorang yang divalidasi akan merasa berharga dan diakui. Ini akan meningkatkan self-esteem dan membuatnya lebih berani untuk mengekspresikan diri.
2. Memperkuat Hubungan
Dalam hubungan personal, validasi menciptakan rasa aman dan saling menghormati. Orang yang merasa divalidasi lebih mudah terbuka dan jujur, sehingga komunikasi menjadi lebih lancar.
3. Mengurangi Konflik
Banyak konflik muncul karena salah paham dan kurangnya validasi. Dengan belajar memahami perasaan dan sudut pandang orang lain, kita bisa menghindari pertengkaran dan menemukan solusi lebih cepat.
4. Meningkatkan Kualitas Keputusan
Dalam konteks profesional, validasi data dan proses memastikan bahwa setiap keputusan didasarkan pada informasi yang benar dan dapat dipercaya.
Cara Melatih Diri untuk Memberikan Validasi
Memberikan validasi bukan berarti selalu setuju dengan orang lain. Validasi adalah tentang mengakui perasaan dan pengalaman orang tersebut tanpa harus membenarkan tindakannya.
Berikut beberapa cara untuk melatihnya:
- Dengarkan dengan penuh perhatian. Jangan langsung memotong pembicaraan atau menilai.
- Gunakan bahasa empatik. Misalnya, “Aku paham ini pasti nggak mudah buat kamu.”
- Hargai perasaan, bukan hanya logika. Kadang seseorang hanya butuh didengarkan, bukan diceramahi.
- Latih self-validation. Akui juga perasaanmu sendiri — misalnya, “Aku merasa lelah hari ini dan itu wajar.”
Kesimpulan: Validasi Adalah Kunci Hubungan dan Kepercayaan
Secara keseluruhan, validasi adalah tentang menghargai keberadaan, perasaan, dan pengalaman — baik milik diri sendiri maupun orang lain.
Dalam dunia modern yang serba cepat dan penuh tekanan, kemampuan untuk memberikan validasi bisa menjadi keterampilan sosial yang sangat berharga.
Dengan memahami pentingnya validasi, kita bisa membangun hubungan yang lebih sehat, membuat keputusan yang lebih akurat, dan menciptakan lingkungan yang lebih manusiawi.
Jadi, mulai hari ini, cobalah berikan validasi kecil untuk orang di sekitarmu — mungkin dengan mendengarkan tanpa menghakimi atau memberi dukungan sederhana.
Siapa tahu, hal kecil itu bisa menjadi perbedaan besar bagi seseorang. 🌿